BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Pada tahun 1250-1500 M, merupakan babak di mana umat
Islam yang berada di sekitar Timur Tengah mendapat berbagai cobaan baik dari
dalam maupun dari luar. Dari luar misalnya serangan dari Timur Lenk dan juga
Hulagu Khan yang kesemuanya merupakan satu keturunan yaitu bangsa Mongol. Dari
dalam atau intern yaitu merupakan masa disintegrasi, konflik antara sunni dan
syi`ah yang semakin menajam serta munculnya gerakan-gerakan fanatik terhadap
bangsa Arab. Akan tetapi berlainan dengan apa yang terjadi di kawasan Afrika
Utara atau Mesir, Dinasti Mamalik yang berkuasa di sana berhasil selamat dari
serangan-serangan dari bangsa Mongol. Sehingga peradaban Islam yang mungkin
terputus karena saat itu Baghdad yang merupakan pusat peradaban islam telah
dihancurkan oleh bangsa Mongol, dapat terus berkembang walaupun di tempat yang
berbeda. Penyebabnya adalah banyak ilmuwan yang melarikan diri ke Mesir dan di
sana pemerintah yang berkuasa juga memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan
dan sebagainya. Dengan demikian perkembangan peradaban dari masa
periode klasik tidak terputus dan terus berlanjut oleh dinasti Mamalik di
Mesir.
B. RUMUSAN
MASALAH
1.
Bangsa
Mongol dan Dinasti Ilkhan
2.
Serangan-serangan
Timur Lenk
3. Dinasti
Mamalik di Mesir
4. Kerajaan
Usmani
5. Kerajaan
Safawi di Persia
6. Kerajaan
Mughal di India
7. Kemunduran
dan Kehancuran Kerajaan Safawi
8. Kemunduran
dan Runtuhnya Kerajaan Mughal
9. Kemunduran
Kerajaan Usmani
10. Kemajuan
Eropa (Barat)
C.
TUJUAN
PENELITIAN
Agar dapat mengetahui sejarah bagaimana bangsa mongol, dinasti ilkhan,
serangan-serangan timur lenk, dan dinasti mamalik di mesir bisa terjadi.
Bagaimana kerajaan usmani, safawi, mughal bisa terbentuk dan mengalami kejayaan
serta bisa mengetahui bagaimana tiga kerajaan itu bisa mengalami kemunduran dan
kehancuran. Dan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
MASA KEMUNDURAN (1250-1500 M)
1. Bangsa Mongol dan Dinasti Ilkhan
Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan
bangsa Mongol bukan saja mengakhiri Khalifah Abbasiyah, tapi juga merupakan
awal dari masa kemunduran politik peradaban Islam, karena Baghdad sebagai pusat
peradaban dan kebudayaan Islam sangat kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan
juga ikut lenyap dibumihanguskan oleh pasukan Mongol dipimpin Hulagu Khan.
Baghdad dan daerah-daerah yang di taklukan Hulagu
selanjutnya diperintah oleh dinasti Ilkhan. Ilkhan adalah gelar yang diberikan
kepada Hulagu. Daerah yang dikuasi dinasti ini adalah daerah yang terletak
antara Asia kecil di Barat dan India, di t\timur, dengan ibu kotanya Tabriz.
Umat Islam, dengan demikian, dipimpin oleh Hulagu Khan, seorang raja yang
beragama Syamanism. Hulagu meninggal tahun 1265 M dan diganti oleh anaknya,
Abaga (1265-1282 M) yang masuk Kristen. Baru rajanya yang ketiga, Ahmad Teguder
ditantang oleh pembesar-pembesar kerajaan lain. Akhirnya, ia ditangkap dan
dibunuh oleh Arghun yang kemudian menggantikannya menjadi raja (1284-1291 M).
Raja dinasti Ilkhan yang keempat ini sangat kejam terhadap umat Islam. Banyak
diantara mereka yang dibunuh dan diusir.
Dalam rentang waktu yang sangat panjang, kehidupan
bangsa Mongol tetap sederhana. Mereka mendirikan kemah-kemah dan
berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain, mengembala kambing dan
hidup dari hasil buruan. Mereka juga hidup dari hasil perdagangan tradisional,
yaitu mempertukarkan kulit binatang dengan binatang yang lain. Pada masa
pemerintahan Abu Sa’id (1317-1335 M), terjadi bencana kelaparan yang sangat
menyedihkan dan angin topan dengan es yang mendatangkan malapetaka. Kerajaan
ilkhan yang didirikan oleh Hulaghu Khan ini terpecah belah sepeninggal Abu
Sa’id. Masing-masing pecahan saling memerangi. Akhirnya, mereka semua
ditaklukkan oleh Timur Lenk.
2. Serangan-Serangan Timur Lenk
Setelah lebih dari satu abad umat Islam menderita dan
berusaha bangkit akibat serangan bangsa Mongol, malapetaka yang tidak kurang
dahsyatnya dating kembali, yaitu serangan yang juga keturunan dari bangsa
Mongol. Berbeda dari Hulaghu Khan dan keturunannya pada dinasti Ilkhan,
penyerang kali ini sudah masuk Islam, tetapi sisa-sisa kebiadaban dan
kekejamannya masih melekat kuat. Serangan itu dipimpin oleh Timur Lenk (Timur
Si Pincang).
Setelah Timur Lenk meninggal, dua orang anaknya,
Muhammad Jehanekir dan Khalil, berperang memperebutkan kekuasaan, Khalil
(1404-1405 M) keluar sebagai pemenang. Akan tetapi, ia hidup berfoya-foya
menghabiskan kekayaan yang ditinggalkan ayahnya. Karena itu, saudaranya yang
lain, Syah Rukh (1405-1447 M), merebut kekuasaan dari tangannya. Syah Rukh
berusaha mengembalikan wibawa kerajaan. Ia seorang raja yang adil dan lemah
lembut. Setelah wafat, ia diganti oleh anaknya Ulugh Bey (1447-1449 M), seorang
raja yang alim dan sarjana ilmu pasti. Namun, masa kekuasaanya tidak lama. Dua
tahun setelah berkuasa ia dibunuh oleh anaknya yang haus kekuasaan, Abd. Latief
(1449-1450 M). pada masa inilah kerajaan terpecah belah. Wilayah kerajaan yang
luas dan diperebutkan oleh dua suku Turki yang baru muncul ke permukaan, Kara
Koyunlu (domba hitam) dan Ak Koyunlu). Abu Sa’id sendiri terbunuh ketika
bertempur melawan Uzun Hasan, penguasa Ak Koyunlu.
3. Dinasti Mamalik di Mesir
Kalau ada negeri Islam yang selamat dari kehancuran
akibat serangan-serangan bangsa Mongol, baik serangan Hulagu Khan maupun Timur
Lenk, maka negeri itu adalah Mesir yang ketika itu berada dibawah kekuasaan
dinasti Mamalik. Karena, negeri ini terhindar dari kehancuran, maka
persambungan perkembangan peradaban dengan masa klasik relative terlihat dan
diantara prestasi yang pernah dicapai pada masa klasik bertahan di Mesir.
Walaupun demikian, kemajuan yang dicapai oleh dinasti ini, masih dibawah
prestasi yang pernah dicapai oleh umat Islam pada masa klasik. Hal ini mungkin
karena metode berpikir tradisional sudah tertanam sangat kuat sejak
berkembangnya aliran teologi ‘Asy’ariyah, filsafat mendapat kecaman sejak
pemikiran al-Ghazali mewarnai pemikiran mayoritas umat Islam dan yang lebih
penting lagi adalah karena Baghdad dengan fasilitas-fasilitas ilmiahnya yang
banyak member inspirasi ke pusat-pusat peradaban Islam, hancur.
MASA TIGA KERAJAAN BESAR (1500-1800
M)
1. Kerajaan Usmani
Pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah
Oghuz yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina. Dalam jangka
waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah ke Turkistan kemudian Persia dan Irak.
Mereka masuk Islam sekitar abad kesembilan atau kesepuluh, ketika mereka menetap
di Asia Tengah. Di bawah tekanan serangan-serangan Mongol pada abad ke-13 M,
mereka melarikan diri ke daerah barat dan mencari tempat pengungsian
ditengah-tengah saudara mereka, orang-orang Turki Seljuk, di dataran tinggi
Asia Kecil.
Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Usmani
yang demikian luas dan berlangsung dengan cepat itu diikuti pula oleh kemajuan
di bidang-bidang kehidupan yang lain, diantaranya:
a)
Bidang
kemeliteran dan kepemerintahan,
Para pemimpin kerajaan Usmani pada mas-masa pertama,
adalah orang-orang yang kuat,sehingga kerajaan dapat melakukanekspansi dengan
cepat dan luas. Meskipun demikian, kemajuan kerajaan Usmani mencapai masa
keemasnya itu, bukan semata-mata karena keunggulan politik para pemimpinnya.
Masih banyak faktor lain yang mendukung keberhasilan ekspansi itu. Yang
terpenting diantaranya adalah keberanian, keterampilan, ketangguhan, dan
kekuatan militer yang sanggup bertempur kapan saja dan dimana saja.
b)
Bidang ilmu
pengetahuan dan budaya,
Kebudayaaan Turki Usmani merupakan perpaduan
bermacam-macam kebudayaan, diantaranya adalah kebudayaan Persia, Bizantium, dan
Arab. Dari Persia, ajaran-ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana
raja-raja. Organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak mereka serap dari
Bizantium. Sedangkan ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial, dan
kemasyarakatan, keilmuan, dan huruf mereka terima dari bangsa Arab.
c)
Bidang
keagamaan.
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan
besar dalam lapangan sosial dan politik. Masyarakat digolongkan berdasarkan
agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga, fatwa ulama
menjadi hukum yang berlaku.
2. Kerajaan Safawi di Persia
Ketika kerajaan Usmani sudah mencapai puncak
kemajuannya. Kerajaan Safawi di Persia baru berdiri. Kerajaan ini berkembang
dengan cepat. Dalam perkembangannya, kerajaan Safawi sering bentrok dengan
Turki Usmani. Berbeda dari dua kerajaan Islam lainnya (Usmani dan Mughal),
kerajaan Safawi menyatakan; Syi’ah sebagai madzhab Negara. Karena itu, kerajaan
ini dapat dianggap sebagai peletak pertama dasar terbentuknya Negara Iran
dewasa ini.
Kemajuan yang dicapai kerajaan Safawi tidak hanya
terbatas di bidang politik. Di bidang lain, kerajaan ini juga mengalami banyak
kemajuan. Kemajuan-kemajuan itu antara lain:
a)
Bidang
ekonomi,
Stabilitas politik pada masa Abbas I ternyata telah
memacu perekonomian Safawi, lebih-lebih setelah kepulauan Hurmuz dikuasai dan
pelabuhan Gumrun diubah menjadi Bandar Abbas. Dengan dikuasainya bandar ini
maka salah satu jalur dagang laut antara Timur dan Barat yang biasa
diperebutkan oleh Belanda, Inggris, dan Perancis sepenuhnya menjadi milik
kerajaan Safawi.
b)
Bidang ilmu
pengetahuan,
Dalam sejarah Islam bangsa Persia dikenal sebagai
bangsa yang berperadaban tinggi dan bejasa mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh
karena itu, tidak mengherankan apabila pada masa kerajaan Safawi tradisi
keilmuan ini terus berlanjut. Dalam bidang ini, mungkin kerajaan safawi dapat
dikatakan lebih berhasil dari dua kerajaan besar Islam lainnya pada masa yang
sama.
c)
Bidang
pembangunan fisik dan seni.
Dibidang ini, kemajuan nampak begitu kentara dalam
gaya artsitektur bangunan-bangunannya, seperti terlihat pada Mesjid Shah dan
Mesjid Lutf Allah. Unsur seni lainnya terlihat dalam bentuk kerajinan tangan,
keramik, karpet, permadani, pakaian, tenunan, mode, tembikar, dan benda seni
lainnya.
3.
Kerajaan
Mughal di India
Kerajaan Mughal berdiri seperempat abad sesudah
berdirinya kerajaan Safawi. Jadi, diantara tiga kerajaan Islam tersebut,
kerajaan inilah yang termuda. Kerajaan Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama
di anak buah India. Awal kekuasaan Islam di wilayah India terjadi pada masa
khalifah Al-Walid, dari Dinasti Bani Umayyah. Penaklukan wilayah ini dilakukan
oleh tentara Bani Umayyah di bawah pimpinan Muhammad ibn Qasim.
Kemajuan yang dicapai oleh tiga sultan pasca Akbar
antara lain:
a)
Kemantapan stabilitas politik
b) Bidang ekonomi
kerajaan Mughal dapat mengembangkan program pertania,
pertambangan, dan perdagangan. Akan tetapi sumber keuangan negara lebih banyak
bertumpu pada sektor pertania. Disektor pertanian ini, komunikasi antara
pemerintah dan para petani di atur dengan baik
c)Bidang seni dan budaya.
Karya seni yang menonjol adalah karya sastra gubahan
penyair istana, baik yang berbahasa Persia maupun berbahasa India. Penyair
India yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayazi, seorang sastrawan sufi yang
menghasilkan karya besar berjudul Padmavat, sebuah karya alegoris yang
mengandung pesan kebajikan jiwa manusia. Dan seorang sejarawan bernama Abu Fadl
dengan karyanya Akhbar Nma dan Aini Akhbari, yang memaparkan sejarah kerajaan
Mughol berdasarkan figur pemimpinnya.
Karya seni yang masih bias dinikmati sekarang dan
merupakan karya seni terbesar yang dicapai kerajaan Mughal adalah karya-karya
arsitektur yang indah dan mengagumkan. Pada masa Akbar dibangun istana Fatpur
Sikri di Sikri, vila, dan masjid-masjid yang indah. Pada masa Syah Jehan,
dibangun masjid berlapiskan mutiara dan Taj Mahal di Agra, Masjid Raya Delhi
dan istana indah di Lahore.
KEMUNDURAN TIGA KERAJAAN BESAR
(1700-1800 M)
1. Kemunduran Kerajaan Usmani
Setelah Sultan Sulaiman Al-Qanuni wafat (1566 M),
kerajaan Turki Usmani memasuki fase kemundurannya. Akan tetapi, sebagai sebuah
kerajaan yang sangat besar dan kuat, kemunduran itu tidak langsung terlihat.
Sultan Sulaiman Al-Qanuni diganti oleh Salim II (1566-1573 M). di masa
pemerintahannya, terjadi pertempuran antara armada laut kerajaan Usmani dengan
armada laut Kristen yang terdiri dari angkatan laut Spanyol, angkatan laut
Bundukia, angkatan laut Sri Paus, dan sebagian kapal para pendeta Malta yang
dipimpin oleh Don Juan dari Spanyol. Pertempuran itu terjadi di selat Liponto
(Yunani). Dalam pertempuran ini, Turki Usmani mengalami kekalahan yang
mengakibatkan Tunisia dapat direbut oleh musuh. Baru pada masa sultan
berikutnya, Sultan Murad III (1575 M) Tunisia dapat direbut kembali.
Banyak faktor yang menyebabkan kerajaan Usmani itu
mengalami kemunduran, diantaranya adalah:
a) Wilayah
kekuasaan yang sangat luas
b) Heterogenitas
penduduk
c) Kelemahan para
penguasa
d) Budaya pungli
e) Pemberontakan
tentara Jenissari
f) Merosotnya
ekonomi
g) Terjadinya
stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi.
2. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi
Sepeninggal Abbas I kerajaan Safawi berturut-turut
diperintah oleh enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-1694 M), Abbas II (1642-1667
M), Sulaiman (1667-1694 M), Husain (1694-1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M), dan
Abbas III (1733-1736 M). pada masa raja-raja tersebut, kondisi kerajaan Safawi
tidak menunjukkan grafik naik dan berkembang, tapi justru memperlihatkan
kemunduran yang akhirnya membawa pada kehancuran.
Di antara sebab-sebab kemunduran dan kehancuran
kerajaan Safawi ialah konflik berkepanjangan dengan kerajaan Usmani. Bagi
kerajaan Usmani, berdirinya kerajaan Safawi yang beraliran Syi’ah merupakan
ancaman langsung terhadap wilayah kekuasaannya. Konflik antara kerajaan
tersebut berlangsung lama, meskipun pernah berhenti sejenak ketika tercapai
perdamaian pada masa Shah Abbas I. namun, tak lama kemudian, Abbas meneruskan
konflik tersebut, dan setelah itu dapat dikatakan tidak ada lagi perdamaian
antara dua kerajaan Islam tersebut. Tidak
kalah penting dari sebab-sebat tersebut adalah terjadinya konflik intern dalam
bentuk perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana.
3. Kemunduran dan Runtuhnya Kerajaan Mughal
Setelah satu setengah abad dinasti Mughal berada di
puncak kejayaannya, para pelaut Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan
kebesaran yang dibina oleh sultan-sultan sebelumnya. Pada abad ke-18 M kerajaan
ini memasuki masa-masa kemunduran. Kekuasaan politiknya mulai merosot, suksesi
kepemimpinan ditingkat pusat menjadi ajang perebutan, gerakan separatis Hindu
di India Tengah, Sikh di belahan utara dan Islam di bagian Timur semakin lama
semakin mengancam. Sementara itu, para pedagang Inggris untuk pertama kalinya
diizinkan oleh Jehangir menanamkan modal di India, dengan didukung oleh
kekuatan bersenjata semakin kuat menguasai wilayah pantai.
Pada masa Aurangzeb, pemberontakan terhadap pemerintah
pusat memang sudah muncul, tetapi dapat diatasi. Pemberontakan itu bermula dari
tindakan-tindakan Aurangzeb yang dengan keras menerapkan pemikiran puritanismennya.
Setelah ia wafat, penerusnya rata-rata lemah dan tidak mampu menghadapi
problema yang ditinggalkannya.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasti
Mughal itu mundur pada satu setengah abad terakhir dan membawa pada
kehancurannya pada tahun 1858 M, yaitu:
a. Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan meliter
sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera
dipantau oleh kekuatan maritim mughol. Begitu juga kekuasan pasukan darat.
Bahkan, mereka kurang terampil dalam mengoperasikan persenjataan buatan mughol
sendiri.
b.
Kemerosotan
moral dan hidup mewah di kalangan elit politik, yang mengakibatkan pemborosan
dalam penggunaan uang negara.
c.
Pendekatan
Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan dan
cenderung asketis, sehingga konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh
sultan-sultan sesudahnya.
d. Semua pewaris tahta kerajaan pada paru terakhir adalah
orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan.
4. Kemajuan Eropa (Barat)
Bersamaan waktunya dengan kemunduran tiga kerajaan
Islam di periode pertengahan sejarah Islam, Eropa Barat (biasa disebut dengan
“Barat” saja), sedang mengalami kemajuan dengan pesat. Hal ini berbanding
terbalik dengan masa klasik sejarah Islam. Ketika itu, peradaban Islam dapat
dikatakan paling maju, memancarkan sinarnya ke seluruh dunia, sementara Eropa
sedang berada dalam kebodohan dan keterbelakangan.
Kemajuan Eropa (Barat) memang bersumber dari khazanah
ilmu pengetahuan dan metode berpikir Islam yang rasional. Di antara saluran
masuknya peradaban Islam ke Eropa itu adalah Perang Salib. Sicilia, dan yang
terpenting adalah Spanyol Islam. Gerakan-gerakan renaisans melahirkan
perubahan-perubahan besar dalam sejarah dunia. Abad ke 16 dan 17 M merupakan
abad yang paling penting bagi Eropa, sementara pada akhir abad ke-17 pula,
dunia Islam mengalami kemunduran. Dengan lahirnya renaisans, Eropa bangkit
kembali untuk mengejar ketertinggalan mereka pada masa kebodohan dan kegelapan.
BAB
III
KESIMPULAN
MASA KEMUNDURAN (1250-1500 M)
1.
Bangsa
Mongol dan Dinasti Ilkhan
Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan
bangsa Mongol bukan saja mengakhiri Khalifah Abbasiyah, tapi juga merupakan
awal dari masa kemunduran politik peradaban Islam, karena Baghdad sebagai pusat
peradaban dan kebudayaan Islam sangat kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan
juga ikut lenyap dibumihanguskan oleh pasukan Mongol dipimpin Hulagu Khan.
Baghdad dan daerah-daerah yang di taklukan Hulagu selanjutnya
diperintah oleh dinasti Ilkhan. Ilkhan adalah gelar yang diberikan kepada
Hulagu. Daerah yang dikuasi dinasti ini adalah daerah yang terletak antara Asia
kecil di Barat dan India, di Timur, dengan ibu kotanya Tabriz. Umat Islam,
dengan demikian, dipimpin oleh Hulagu Khan, seorang raja yang beragama
Syamanism.
2.
Serangan-Serangan
Timur Lenk
Setelah lebih dari satu abad umat Islam menderita dan
berusaha bangkit akibat serangan bangsa Mongol, malapetaka yang tidak kurang
dahsyatnya dating kembali, yaitu serangan yang juga keturunan dari bangsa
Mongol. Berbeda dari Hulaghu Khan dan keturunannya pada dinasti Ilkhan,
penyerang kali ini sudah masuk Islam, tetapi sisa-sisa kebiadaban dan
kekejamannya masih melekat kuat. Serangan itu dipimpin oleh Timur Lenk (Timur
Si Pincang).
3.
Dinasti
Mamalik di Mesir
Kalau ada negeri Islam yang selamat dari kehancuran
akibat serangan-serangan bangsa Mongol, baik serangan Hulagu Khan maupun Timur
Lenk, maka negeri itu adalah Mesir yang ketika itu berada dibawah kekuasaan dinasti
Mamalik. Karena, negeri ini terhindar dari kehancuran, maka persambungan
perkembangan peradaban dengan masa klasik relative terlihat dan diantara
prestasi yang pernah dicapai pada masa klasik bertahan di Mesir. Walaupun
demikian, kemajuan yang dicapai oleh dinasti ini, masih dibawah prestasi yang
pernah dicapai oleh umat Islam pada masa klasik. Hal ini mungkin karena metode
berpikir tradisional sudah tertanam sangat kuat sejak berkembangnya aliran
teologi ‘Asy’ariyah, filsafat mendapat kecaman sejak pemikiran al-Ghazali
mewarnai pemikiran mayoritas umat Islam dan yang lebih penting lagi adalah
karena Baghdad dengan fasilitas-fasilitas ilmiahnya yang banyak member
inspirasi ke pusat-pusat peradaban Islam, hancur.
MASA TIGA KERAJAAN BESAR (1500-1800 M)
1.
Kerajaan
Usmani
Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Usmani
yang demikian luas dan berlangsung dengan cepat itu diikuti pula oleh kemajuan
di bidang-bidang kehidupan yang lain, diantaranya:
a.
Bidang
kemeliteran dan kepemerintahan,
b.
Bidang ilmu pengetahuan
dan budaya,
c.
Bidang
keagamaan.
2.
Kerajaan
Safawi di Persia
Kemajuan yang dicapai kerajaan Safawi tidak hanya
terbatas di bidang politik. Di bidang lain, kerajaan ini juga mengalami banyak
kemajuan. Kemajuan-kemajuan itu antara lain:
a.
Bidang
ekonomi,
b.
Bidang ilmu
pengetahuan,
c.
Bidang
pembangunan fisik dan seni.
3.
Kerajaan
Mughal di India
Kemajuan yang dicapai oleh tiga sultan pasca Akbar
antara lain:
a)
Kemantapan stabilitas politik
b) Bidang ekonomi
c) Bidang seni dan budaya.
KEMUNDURAN TIGA KERAJAAN BESAR
(1700-1800 M)
1.
Kemunduran
Kerajaan Usmani
Banyak faktor yang menyebabkan kerajaan Usmani itu
mengalami kemunduran, diantaranya adalah:
a) Wilayah
kekuasaan yang sangat luas
b) Heterogenitas
penduduk
c) Kelemahan para
penguasa
d) Budaya pungli
e) Pemberontakan
tentara Jenissari
f) Merosotnya
ekonomi
g) Terjadinya
stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi.
2.
Kemunduran
dan Kehancuran Kerajaan Safawi
Di antara sebab-sebab kemunduran dan kehancuran
kerajaan Safawi ialah konflik berkepanjangan dengan kerajaan Usmani. Bagi
kerajaan Usmani, berdirinya kerajaan Safawi yang beraliran Syi’ah merupakan
ancaman langsung terhadap wilayah kekuasaannya. Konflik antara kerajaan
tersebut berlangsung lama, meskipun pernah berhenti sejenak ketika tercapai
perdamaian pada masa Shah Abbas I. namun, tak lama kemudian, Abbas meneruskan
konflik tersebut, dan setelah itu dapat dikatakan tidak ada lagi perdamaian
antara dua kerajaan Islam tersebut. Tidak
kalah penting dari sebab-sebat tersebut adalah terjadinya konflik intern dalam
bentuk perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana.
3.
Kemunduran
dan Runtuhnya Kerajaan Mughal
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasti
Mughal itu mundur pada satu setengah abad terakhir dan membawa pada
kehancurannya pada tahun 1858 M, yaitu:
a.
Terjadi
stagnasi dalam pembinaan kekuatan meliter
b.
Kemerosotan
moral dan hidup mewah di kalangan elit politik
c.
Pendekatan
Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan dan
cenderung asketis
d.
Semua
pewaris tahta kerajaan pada paru terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang
kepemimpinan.
4.
Kemajuan
Eropa (Barat)
Bersamaan waktunya dengan kemunduran tiga kerajaan
Islam di periode pertengahan sejarah Islam, Eropa Barat (biasa disebut dengan
“Barat” saja), sedang mengalami kemajuan dengan pesat. Hal ini berbanding
terbalik dengan masa klasik sejarah Islam. Ketika itu, peradaban Islam dapat
dikatakan paling maju, memancarkan sinarnya ke seluruh dunia, sementara Eropa
sedang berada dalam kebodohan dan keterbelakangan.
Kemajuan Eropa (Barat) memang bersumber dari khazanah
ilmu pengetahuan dan metode berpikir Islam yang rasional. Di antara saluran
masuknya peradaban Islam ke Eropa itu adalah Perang Salib. Sicilia, dan yang
terpenting adalah Spanyol Islam. Gerakan-gerakan renaisans melahirkan
perubahan-perubahan besar dalam sejarah dunia. Abad ke 16 dan 17 M merupakan
abad yang paling penting bagi Eropa, sementara pada akhir abad ke-17 pula,
dunia Islam mengalami kemunduran. Dengan lahirnya renaisans, Eropa bangkit
kembali untuk mengejar ketertinggalan mereka pada masa kebodohan dan kegelapan.