BAB
1
PENDAHUUAN
A.
Latar belakang
Pendiri kerajaan
ini adalah bangsa turki dari kabilah oghuz yang mendiami daerah mongol dan
daerah utara negeri cina. Pada abad ke 13 masehi, saat Chengis Khan mengusir
orang-orang turki dari khurasan dan sekitarnya. Kakeknya usman, yang bernama
sulaiman bersama pengikutnya bermukim di ASIA kecil. Dari perjalanan tersebut
sulaiman, ia tenggelam ketika menyebrangi sungai Efrat(dekat allepo).
Sulaiman
mempunyai 4 saudara yang bernama shunkur,gundogdur, al-thugril, dan dundar. 2
putra nya kembali ketanah air mereka. Sementara yang kedua terkahir bermukim diasia
kecil. Disana mereka dibawah pimpinan sultan alaudin di kunia.
Saat mongol menyerang sultan
alaudin dianggara (kini angkara), al thugril membantu mengusir mongol, sehingga
berkat jasanya itu, alaudin memberikan daerah iski shahr dan sekitarnya. Al tugril,
memberikan ibu kota bernama sungut, disana lahir anak pertama bernama ustman
pada 1258M. Al tugril meninggal pada 1288M. Dan ia mendeklarasikan dirinya
sebagai sultan, maka sejak itulah berdiri dinasti turki ustmani.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa saja proses pertumbuhan pemerintahan dinasti turki usmani?
2.
Bagaimana perkembangan pemerintahan dinasti turki usmani?
3.
Apa saja kemajuan dan kemunduran pemerintahan dinasti
turki usmani?
4.
Apa penyebab kehancuran peradaban islam pada masa
pemerintahan dinasti turki usmani?
C. Tujuan
1.
Mengetahui proses pertumbuhan pemerintahan dinasti turki usmani
2.
Mengetahui perkembangan pemerintahan dinasti turki usmani
3.
Mengetahui kemajuan dan kemunduran pemerintahan dinasti turki
usmani
4.
Mengetahui penyebab kehancuran peradaban islam pada masa
pemerintahan dinasti turki usmani
BAB 2
PEMBAHASAN
A.
Proses
pertumbuhan Pemerintahan Dinasti Turki Usmani
Dinasti turki usmani adalah jawaban dari permasalahan yang terjadi
beberapa abad kepemimpinan dengan sistem kekhalifan atau dinasti yang mengalami
kemunduran. Lembaga kekhalifaan bisa dibilang hancur dikala Baghdad sebagai
pusat pemerintahan ditaklukan Hulagu Khan pada tahun 1258 M. Karena dengan
runtuhnya pemerintahan Baghdad ini, dunia Islam mengalami stagnanisasi dari
simbol kekhalifan, kehilangan kendali, kehilangan jati diri, mudah terpecah
belah disebabkan politik kekahlifahan telah redup.
Dinasti Turki Usmani muncul di pentas sejarah Islam pada periode
pertengahan. Masa kmajuan Dinasti ini dihitung dari mulai digerakkannya gerakan
pendaiman ke wilayah baru yang belum ditundukkan oleh pendahulu mereka.
keberhasilan mereka dalam memperluas wilayah kekuasaan serta terjadinya
peristiwa-peristiwa penting merupakan suatu indikasi yang dapat dijadikan
ukuran untuk menentukan kemajuan tersebut.
Dunia Islam menjadi mendikotomi antara syi’ah dan sunni, atau Arab yang
notebene-nya terdiri dari Syiria, Palestina, dan Sudan dengan Mesir menjadi
pusatnya, sedangkan Persia terdiri dari wilayah Islam seperti Balkan, Turki,
Turkistan, dan India dengan Persia sebagai pusatnya.3 Akibat dikotomi dunia
Islam semangkin mengalami keterpurukan yang berujung “menyerahkan” pemerintahan
ke tangan Mongol. Mongol ini sebenarnya adalah bangsa yang
keterbelakang, bodoh, buas dan tidak tahu arah visi kepemimpinan
pemerintahannya. Maka sangat merugikan sekali bagi dunia Islam yang dikuasai
oleh bangsa yang jauh dari kualitas peradaban Islam.
Islam mengalami
kemajuan dan kemunduran, layaknya sebuah roda yang selalu berputar kadang
diatas dan kadang berada dibawah. Begitu pun dengan islam, kemajuan kekuasaan
Islam yang dicapai pada masa Abbasiyah, dan keruntuhannya ketika diserang
bangsa Mongol. Saat itu kekuasaan politik Islam mengalami kemunduran. Wilayah
kekuasaan Islam terpecah-pecah kedalam kerajaan kecil yang satu sama lain
bahkan saling memusuhi. Tidak berhenti di situ, beberapa peninggalan budaya dan
peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol, bahkan Timur
Lenk menghancurkan pusat-pusat kekuasaan Islam yang lain
Dunia
Islam semangkin terpuruk, situasi yang menjemukan ini terjawab dengan hadirnya
model kekhalifan yang ingin mengembalikan semangat jihad dan perjuangan membela
agama Allah di masa itu, maka pada abad ke-14 M (1300 M) Kerajaan Turki Usmani
berdiri untuk mengembalikan citra dan peradaban Islam ke masa keemasannya.
Bukti dari kemajuan yang telah dicapai adalah dari segi perekonomian yang baik,
sistem politik dan pemerintahan yang keberpihakan kepada pembangunan, dan
perluasan wilayah yang membawa misi Islam sebagai rahmat seluruh alam. Raja pertama dari kerajaan turki usmani
ini bernama Usman, yang memerintah antara tahun 1290 – 1326 M.
Usman adalah anak dari Ertoghrul pemimpin kabilah Oghuz. Awal mula kabilah
Oghuz ini dipimpin oleh Sulaeman, ayah dari Ertoghul. Sulaeman meminta
perlindungan kepada raja Khawarijmi, Jalal Ad-Din Mengurbiti dari kejaran
serangan tentara Mongol di wilayah Khurasan. Namun perlindungan dari Khawarijmi
tidak bertahan lama, karena berselang dengan waktu Raja Jalal Ad-Din meninggal
disertai dengan pemberontakan dinasti-dinasti kecil. Karena merasa tidak aman,
maka Sulaeman beserta seluruh anggota kabilahnya pindah tempat menuju Anatolia,
Asia kecil, namun belum sampai tujuan Sulaeman meninggal dunia, dan pimpinan
kabilah diambil alih putranya, Ertoghul. Di Asia kecil, Ertoghul bersama
anggota kabilahnya mengabdikan diri kepada Sultan Alaudin II,
Sultan
Seljuk yang sedang mengalami pertikaian dengan Kerajaan Bizatun atau Romawi
Timur. Putra Usman, Orkhan,
memerintah pada tahun 1326-1360 M.6 Ia membentuk pasukan yang tangguh kemudian
dikenal dengan Inkisyariyah (Jannisary)7 untuk membentengi kekuasaanya. Basis
kesatuan ini berasal dari pemuda-pemuda tawanan perang. Kebijakan kemiliteran
ini lebih dikembangkan oleh pengganti Orkhan yaitu Murad I dengan membentuk
sejumlah korps atau cabang-cabang yennisary. Pembaharuan secara besar-besaran
dalam tubuh organisasi militer oleh Orkhan dan Murad I tidak hanya bentuk
perombakan personil pemimpinnya, tetapi juga dalam keanggotaanya. Seluruh
pasukan militer dididik dan dilatih dalam asrama militer dengan pembekalan
semangat perjuangan Islam. Kekuatan
militer Yennisary berhasil mengubah Negara Usmany yang baru lahir ini menjadi
mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan yang besar sekali bagi
penaklukan negeri-negeri non Muslim.8 Pada masa Orkhan inilah dimulai usaha
perluasan wilayah yang lebih agresip dibanding pada masa Usman. Dengan
mengandalkan jennisary, Orkhan dapat menaklukan Azmir (Smirna) tahun 1327 M,
Thawasyanly (1330 M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M) dan Gallipoli (1356
M). Daerah-daerah ini merupakan bagian benua Eropa yang pertama kali diduduki
oleh kerajaan Usmani.
B.
Perkembangan
Pemerintahan Dinasti Turki Usmani
Dinasti turki usmani berkembang dengan sangat cepat, dengan memiliki
sistem pemerintahan yang baik, potensi kekuatan militer yang kuat, rakyat yang
patuh tunduk pada kerajaan. Perkembangan ini tampak naik turun tergantung dari
sultan atau raja yang memimpin, karena dalam setiap kepemimpinan memiliki gaya
tersendiri, desakan dari pihak lawan, dan kondisi tantangan yang berbeda. Tentu
masing-masing peiodeisasi ini menjadi bentuk perkembangan dinasti turki usmani
dalam menjalani masa kejayaannya. Jadi, perkembangan pemerintahan dinasti turki
usmani ini adalah konsistensi dan kesinambungan dalam mempertahankan dinasti
turki usmani membentuk peradaban Islam dengan sistem perpolitikan kesultanan.
Kerjaan
Usmani bangkit kembali pada masa pemerintahan Murad II. Ia digelari Al-Fatih
(Sang Penakluk) karena pada masanya ekspansi Islam berlangsung secara
besar-besaran. Kota penting yang berhasil ditaklukkan adalah Konstantinopel
pada tahun 1453. Dengan demikian usaha menaklukkan Isalam atas kerajaan Romawi
Timur yang dimulai sejak zaman Umar Bin Khattab telah tercapai. Konstantinopel
dijadikan ibu kita kerajaan dan namanya diubah menjadi Istanbul (Tahta Isalm).
Kejatuhan Konstantinopel memudahkan tentara Usmani menaklukkan wilaya lainnya
seperti Serbia, Albania
Sekalipun
Konstatinopel telah jatuh di tangan Usmani dibawa kekuasaan Muhammad Al-Fatih,
namun umat Kristen sebagai pendudduk asli daerah tersebut tetap diberikan
kebebasan beragama.
Bahkan merekadibiarkan memilih ketua-ketua dilantik oleh Sultan.
Perjalanan
dinasti turki usmani berlangsung cukup lama, periodeisasi pemerintahan yang
terus bergilir. Syafiq A. Mughani membagi menjadi 5 (Lima) priode yakni priode
I pada tahun 1299-1402 M, priode ke II pada tahun 1402-1566 M, priode ke III
1566-1699 M, priode ke IV pada tahun 1699-1839 M dan priode ke V pada tahun
1839-1922 M
Terdapat
lima priode di dalam kesultanan turki usmani antara lain yaitu:
a. Priode pertama,
sultan-sultannya ialah
- Usman I (1299-1326
M)
- Murad I (1359- 1389
M)
- Bayazid I
(1389-1402 M)
|
b. Priode ke dua,
Sultan-sultannya ialah
- Muhammad I
(1403-1421 M)
- Murad II (1421-1451
M)
- Muhammad II fath
(1451-1481 M)
- Bayazid II
(1481-1512 M)
- Salim II (1512-1520
M)
- Sulaeman I Qanuni
(1520-1566 M)
|
c. Priode ke tiga,
Sultan-sultannya ialah
- Salim II (1566-1699
M)
- Murad III
(1573-1596 M)
- Muhammad III
(1596-1603 M)
- Ahmad I (1603-1617
M)
- Mustafa I
(1617-1618 M)
- Usman II
(1618-1622M)
- Mustafa I yang
kedua kalinya (1622-1623 M)
- Murad IV (1623-1640
M)
- Ibrahim I
(1640-1648 M)
- Muhammad IV
(1648-1687 M)
- Sulaeman III
(1687-1691 M)
- Ahmad II (1691-
1695 M)
- Mustafa II
(1695-1703 M)
|
d. Priode ke empat,
Sultan-sultannya ialah
- Ahmad III
(1703-1730 M)
- Mahmud I (1730-1754
M)
- Usman III
(1754-1757 M)
- Mustafa III
(1757-1774 M)
- Abdul Hamid I
(1774-1788 M)
- Salim III
(1789-1807 M)
- Mustafa IV
(1807-1808 M)
- Mahmud II (1808-1839
M)
|
e. Priode ke lima,
Sultan-sultannya ialah
- Abdul Majid I
(1839-1861 M)
- Abdul Azis
(1861-1876 M)
- Murad V (1876 M)
- Abdul Hamid II
(1876- 1909 M)
- Muhammad V (1909-
1918 M)
- Muhammad VI (1918-
1922 M)
- Abdul Majid II
(1922- 1924 M)
|
|
C. Kemajuan dan
kemunduran Pemerintahan Dinasti Turki Usmani
a. Kemajuan
pemerintahan dinasti turki usmani
Masa kesuksesan dinasti turki usmani ini yang paling menonjol adalah
pasa masa Sulaiman Qanuni, sultan ini memerintah dengan periodeisasi paling
lama diantara sultan-sultan yang lain. Dalam masa pemerintahannya, sultan
Sulaiman ini berhasil mempersatukan ummat muslim dan non muslim, beberapa
wilayah besar ikut masuk ke dalam dinasti turki ini.
Berikut
capaian kemajuan pada masa dinasti turki usmani :24
1)
Pengelolaan pemerintahan dan reorganisasi militer
Prestasi
kemajuan yang terbesar adalah di bidang militer, khususnya sejak masa sultan
Muhammad Al-Fatih merupakan kekuatan militer yang tangguh dan terbaik di dunia
sampai pada akhir abad 17 M, yaitu saat mereka dikalahkan Eropa pada tahun
1683. Prestasi militer ini disebabkan keturunan turki usmani sejak awal adalah
masyarakat Ghazi yang gemar berperang.
Disamping
pasukan darat, dinasti turki usmani I juga memiliki pasukan laut yang kuat.
Pada masa sultan Sulaiman yang agung, kekuatan armadanya sekitar 3.000 kapal
perang yang mengawasi perairan lait Saved, Andriatik, Marmora, Azaq, laut
hitam, laut merah, dan laut tengah. Kekuatan tersebut merupakan kekuatan armada
raksasa yang tidak bisa ditandingi oleh Eropa pada waktu itu.
2)
Kemajuan dalam bidang perekonomian
Pada
masa puncak kemajuannya, semua daerah dan kota penting yang menjadi pusat
perdagangan dan perekonomian jatuh ketangannnya. Daerah-daerah yang ditaklukkan
dari segi ekonomi merupakan masukan bagi sumber ekonomi kerajaan. Dengan
demikian tidak mengherankan jika dinasti turki usmani mendapat kemajuan ekonomi
melalui perdagangan Sebagai
contoh, kegiatan perdagangan itu adalah adanya kerjasama perdagangan antara
dinasti turki usmani dengan Inggris, Genoa, dan Venisia dalam jual beli jagung,
kacang-kacangan, dan timah pada abad ke-16 M.
3)
Kemajuan dalam bidang ilmu dan budaya
Kemajuan
dan prestasi dalam bidang ilmu, teknologi, dan filsafat sama seperti
dinasti-dinasti besar sebelumnya. Ini disebabkan bangsa turki usmani terlalu
menyibukkan diri dengan kegiatan politik dan bersifat tertutup terhadap
perubahan dan perkembangan yang terjadi. Disamping itu, para ulamanya masih
menutup pintu ijtihad dan kegiatan penyelidikan ilmiah. Bahkan lebih dari itu
para ulama menolak segala pemikiran baru. Padahal, mereka adalah orang yang
sangat berwenang dalam menyusun kebijaksanaan pendidikan dan pengajaran
Kesungguhan
dinasti turki usmani dalam kegiatan ilmu dan budaya hanya terlihat pada bidang
hukum dan kebudayaan Turki. Keberhasilan dalam bidang hukum adalah mengangkat
syariat Islam pada tingkat yang lebih tinggi dibanding dengan Negara-negara
Islam sebelumnya. Boleh dibilang, dinasti turki usmani adalah Negara Islam
pertama yang mencoba mengangkat syariat Islam sebagai hukum efektif bagi Negara
dalam segala aspek kehidupan.
4)
Kemajuan dalam bidang Agama
Bidang
keagamaan Dalam tradisi, Agama memiliki peranan penting dalam kehidupan sosial
dan politik. Pihak penguasa sangat terikat dengan syariat Islam sehingga fatwa
Ulama menjadi hukum yang berlaku. Mufti sebagi pejabat urusan Agama tertinggi
berwenan memberi fatwa resmi terhadap problem keagamaan. Tanpa legitimasi Mufti
keputusan hukum kerajaan tidak bisa berjalan. Pada masa ini kegiatan terus
berkembang pesat. Al-bektasi dan Al-maulawi merupakan dua aliran tarekat yang
paling besar.
b.
Kemunduran pemerintahan dinasti turki usmani
Disamping
kemajuan itu, di sinilah timbul bibit-bibit keruntuhan dinasti turki usmani,
karena dinasti selalu bergantung dengan sosok sultan, jika sultan itu bagus
dalam memimpin kerajaan maka kesuksesan yang datang, jika sultan itu hanya
mementingkan egonya dan perpolitikannya lemah maka kerajaan mengalami
kemunduran. Penyebab ini adalah ketergantungan kerajaan terhadap kesinambungan/
pergantian politik seorang sultan
Dan
juga kemunduran dinasti turki usmani ini ditandai dengan kekalahan-kekalahan
dalam pertempuran pasukan Kristen barat. Pada than 1702 diadakan perjanjian
Carlowitz dan dalam perjanjian itu, Turki usmani harus rela menyerahkan wilayah
Hongaria, Transilvania, Morea, Albania, Pedolia, dan Azzof. Ini adalah
kemenangan kedua yang dipandang paling penting bagi dunia Kristen atas Turki.
Pada
abad ke-17 dan ke-18, dinasti turki usmani diperintah oleh sekitar lima orang
sultan, tetapi tidak ada seseorang pun dari mereka yang dapat mengatasi
tentangan besar yang menghantam Turki usmani, terutama terhadap segala
tantangan yang berasal dari Eropa. Pada akhir abad ke-18 M, sultan Salim III
(1789-1807 M) mulai menyadari perlunya langkah-langkah
pembaharuan dalam tubuh militer secara menyeluruh, tetapi ia menjadi tidak
berdaya saat menghadapi tantangan tentaranya yang tidak menyetujui pembaharuan
ini. Hal ini terbukti ketika pada masa pemerintahannya, Mesir jatuh ketangan
Prancis dibawah pimpinan Napoleon Bonaparte.
D.
Kehancuran
peradaban Islam pada masa Pemerintahan Dinasti Turki Usmani
Keruntuhan
dinasti turki usmani dibagi menjadi dua bagian ; pertama, pada
masa pemerintahan Sultan Salim II yang ditandai dengan memandatkan
kekuasaan/kebijkan diserahkan ke bagian-bagian wilayah kekuasaan (otonomi
daerah), dan juga disaat kegagalan tentara turki usmani merebut kota Fiena yang
kedua kalinya. Kedua, timbulnya konflik internal yang
mengakibatkan tidak mengurusi/mengontrol lagi wilayah kekuasaan sehingga
wilayah yang telah ditaklukkan melepaskan diri dari kerajaan dinasti turki
usmani.
a.
Faktor-Faktor penyebab hancurnya Turki Usmani.
Untuk menentukan faktor penyebab utama kehancuran kerajaan Turki Usmani
merupakan persoalan yang tidak mudah. Dalam sejarah lima abad akhir, abad ke-13
sampai abad ke-19 Kerajaan Turki Usmani merupakan sebuah proses sejarah panjang
yang tidak terjadi secara tiba-tiba.
Mengamati
sejarah keruntuhan Kerajaan Turki Usmani, dalam bukunya Syafiq A. Mughani
melihat tiga hal kehancuran Turki Usmani, yaitu pertama, melemahnya
sistem birokrasi dan kekuatan militer Turki Usmani, kedua, kehancuran
perekonomian kerajaan dan ketiga, munculnya kekuatan baru di
daratan Eropa serta serangan balik terhadap Turki Usmani.
1)
Kelemahan para Sultan dan sistem birokrasi
Ketergantungan
sistem birokrasi sultan Usmani kepada kemampuan seorang sultan dalam
mengendalikan pemerintahan menjadikan institusi politik ini menjadi rentang
terhadap kejatuhan kerajaan. Seorang sultan yang cukup lemah cukup membuat
peluang bagi degradasi politik di kerajaan Turki Usmani. Ketika terjadi
benturan kepentingan di kalangan elit politik maka dengan mudah mereka
berkotak-kotak dan terjebak dalam sebuah perjuangan politik yang tidak berarti.
2)
Kemerosotan kondisi sosial ekonomi
Perubahan mendasar terjadi pada jumlah penduduk kerajaan sebagaimana
terjadi pada struktur ekonomi dan keuangan. Kerajaan akhirnya menghadapi
problem internal sebagai dampak pertumbuhan perdagangan dan ekonomi
internasional. Kemampuan kerajaan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri mulai
melemah, pada saat bangsa Eropa telah mengembangkan struktur kekuatan ekonomi
dan keuangan bagi kepentingan mereka sendiri.
Perubahan
politik dan kependudukan saling bersinggungan dengan perubahan penting di
bidang ekonomi. Desentralisasi kekuasaan dan munculnya pengaruh pejabat daerah
memberikan konstribusi bagi runtuhnya ekonomi tradisional kerajaan Turki
Usmani.
3)
Munculnya kekuatan Eropa
Munculnya
politik baru di daratan Eropa dapat dianaggap secara umum faktor yang
mempercepat proses keruntuhan kerajaan Turki Usmani.36 Konfrontasi langsung
pada dengan kekuatan Eropa berawal pada abad ke XVI, ketika masing-masing
kekuatan ekonomi berusaha mengatur tata ekonomi dunia. Ketika kerajaan Usmani
sibuk membenahi Negara dan masyarakat, bangsa Eropa malah menggalang militer,
ekonomi dan teknologi dan mengambil manfaat dari kelemahan kerajaan Turki Usmani
Ajid Thahir dalam bukunya menyebutkan faktor-faktor keruntuhan Kerajaan
Turki Usmani dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu: secara internal dan
eksternal. Secara internal, yaitu:
1)
Luasnya wilayah kekuasaan dan buruknya sistem pemerintahan yang ditangani oleh
orang-orang berikutnya yang tidak cakap, hilangnya keadilan, merajalelanya
korupsi dan meningkatnya kriminalitas
2)
Heterogenitas penduduk dan agama
3)
Kehidupan yang istimewa dan bermegahan dan
4)
Merosotnya perekonomian Negara akibat peperangan Turki mengalami kekalahan.
Secara
eksternal, yaitu:
1)
Timbulnya gerakan nasionalisme, bangsa-bangsa yang tunduk pada kerajaan Turki
berkuasa, mulai menyadari kelemahan dinasti tersebut.
2)
Terjadinya kemajuan teknologi di Barat, khususnya dalam bidang persenjataan.
Sedangkan Turki mengalami stagnasi Ilmu pengetahuan sehingga jika terjadi
perang, Turki selalu mengalami kekalahan.
BAB
3
PENUTUP
A.
Kesumpulan
Lahirnya kerajaan turki usmani
adalah warisan kepemimpinan erthrogul keanaknya usman. Kerajaan turki usmani
muncul ketika islam mengalami masa kemunduran di tandai dengan jatuhnya
aal-basiyah di bahdad. Namun, turki usmani ditakan sebagai kerajaan yang paling
berpengaruh dan membangkitkan peradaban islam setelah kemunduran islam.
Kerajaan turki usmani berlangsung selama 6 abad sekaligus menjadi kekuatan
islam paling besar kala itu.
Sejarah turki usmani tidak bisa
lepas dari persentuhan dengan barat momentum pertama kontak antara turki dengan
dunia barat ialah jatuhnya kota konstatinopel, ibu kota bizantium ketangan
pasukan turki dibawah pimpinan sultan muhammad II al- fatih pada tahun 1563.
B.
Saran
Pendiri kerajaan
ini adalah bangsa turki dari kabilah oghuz yang mendiami daerah mongol dan
daerah utara negeri cina. Pada abad ke 13 masehi, saat Chengis Khan mengusir
orang-orang turki dari khurasan dan sekitarnya. Kakeknya usman, yang bernama
sulaiman bersama pengikutnya bermukim di ASIA kecil. Dari perjalanan tersebut
sulaiman, ia tenggelam ketika menyebrangi sungai Efrat(dekat allepo).
DAFTAR
PUSTAKA
Amal, Taufiq Adnan. Islam dan Tantangan
Modernitas Studi Atas Pemikiran Hukum Fazlur Rahman. Bandung: Mizan, 1993.
Duraib,
Su’ud Ibn Ali. Al-Tanzhim fi Mamlakah al-Arabiyah al-Su’udiyah. Riyadh:
Maktab al-Wazir, 1983.
Samsul
Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam,
Jakarta, Amzah, 2009
Duraib, Su’ud Ibn Ali. Al-Tanzhim fi
Mamlakah al-Arabiyah al-Su’udiyah. Riyadh: Maktab al-Wazir, 1983.
Amal, Taufiq Adnan. Islam
dan Tantangan Modernitas Studi Atas Pemikiran Hukum Fazlur Rahman. Bandung:
Mizan, 1993.