PEMBAHASAN
A.
Socrates
Socrates,
Plato, dan Aristoteles adalah para filosof yang bangkit pada masa Yunani
Klasik. Zaman klasik berawal dari Socrates, tetapi Socrates belum sampai pada
suatu sistem filosofi, yang memberikan nama klasik kepada filosofi itu. Ia baru
membuka jalan. Ia baru mencari kebenaran; ia belum sampai menegakkan suatu
sistem pandangan. Tujuannya terbatas hingga mencari dasar yang baru dan kuat
bagi kebenaran dan moral.
Socrates
lahir di Athena pada tahun 470 SM dan meninggal pada tahun 399 SM. Bapaknya
adalah tukang pembuat patung, sedangkan ibunya seorang bidan. Pada
permulaannya, Socrates mau menuruti jejak bapaknya, menjadi tukang pembuat
patung pula, tetapi ia berganti haluan. Dari membentuk batu jadi patung, ia
membentuk watak manusia.
Socrates
terkenal sebagai orang yang berbudi baik, jujur, dan adil. Cara penyampaian
pemikirannya kepada para pemuda menggunakan metode tanya jawab. Itu sebabnya ia
memperoleh banyak simpati dari para pemuda di negerinya. Namun, ia juga kurang
disenangi oleh orang-orang dengan menuduhnya sebagai orang yang merusak moral
para pemuda di negerinya juga dituduh menolak dewa-dewa atau Tuhan-tuhan yang
telah diakui negara.
Sebagai
kelanjutan atas tuduhan terhadap dirinya, ia diadili oleh pengadilan Athena. Socrates
dituduh tidak hanya menentang agama yang diakui negara, tetapi juga mengajarkan
agama baru buatannya sendiri. Salah seorang yang mendakanya, yatu Melethus,
mengatakan bahwa Socrates adalah seorang tak bertuhan, dan menambahkan bahwa
Socrates berkata bahwa matahari adalah batu dan bulan adalah tanah. Socrates
menyangkal tuduhan itu, dan menanyakan kepadanya, siapakah orang yang
memperbaiki pemuda? Melethus menjawab mula-mula para hakim, lalu semua orang,
kecuali Socrates. Kemudian, Socrates mengucapkan selamat bahwa Athena memiliki
nasib baik untuk memiliki begitu banyak orang yang berusaha memperbaiki pemuda,
dan orang-orang baik tentu lebih pantas untuk digauli daripada orang jelek.
Oleh karena itu, tidak akan menjadi begitu bodoh untuk merusak mereka dengan
sengaja, Melethus seharusnya mengajar dia dan tidak menyeretnya ke pengadilan.
(Ahmad Syadali dan Mudzakir, 2004:66-67)
Dalam
pembelaannya, dengan cerdas ia mengatakan bahwa ia tidak bersalah, melainkan
berjasa pada pemuda dan masyarakat Athena. Bukan hukuman, melainkan upah yang
harus diterimanya. Socrates berkata, seharusnya negara Prytaneion, yaitu Balai
Kota pada masa itu, yang memberi makan seumur hidupnya, karena dia telah
membangkitkan para pemuda untuk mempertanyakan segala sesuatu, karena pada
hakikatnya semua kita tidak tahu.
Majelis
hakim sangat tersinggung dengan perkataan Socrates, hingga diputuskan untuk
menghukum mati dengan cara meminum racun. Socrates tidak bergeming dengan
sanksi hukum tersebut, ia menolak segala bujukan kawan-kawannya untuk lari dari
penjara dan menyingkir ke kota lain, ke Megara. Ia mengakhiri hidupnya dengan
cara yang sangat tragis, yaitu meminum racun. Mulutnya masih mngeluarkan
filsafat tentang keberakhiran ajal, tubuhnya mengejang sambil mengingat sisa
utang kepada temannya, matanya menatap keindahan kebenaran, dan falsafah
hidupnya tetap “tidak tahu”, maka bertanyalah.
Adapun
falsafah pemikiran Socrates, diantaranya adalah pernyataan adanya kebenaran
objektif, yaitu yang tidak bergantung kepada aku dan kita. Dalam membenarkan
kebenaran yang objektif, ia menggunakan metode tertentu yang dikenal dengan
metode dialektika. Dialektika berasal dari bahasa Yunani yang berarti bercakap-cakap
atau berdialog. Ia menganalisis pendapat-pendapat.
Dari
metode dialektikanya, ia menemukan dua metode yang lain, yakni induksi dan
definisi. Keduanya bersangkut paut. Induksi menjadi dasar definisi. Induksi
yang menjadi metode Socrates ialah membandingkan secara kritis. Bukan kebenaran
umum yang dicarinya, melainkan mencoba mencapai kebenaran dengan contoh dan
persamaan dan mengujinya dengan aksi dan lawan saksi. Definisi akan dapat
tercapai apabila telah diuji dan tercapai pengertian yang mendekati sempurna.
Begitulah cara Socrates mencapai pengertian, melalui induksi sampai kepada
definisi.
Tujuan
Socrates ialah mengajar orang mencari kebenaran. Sikap itu merupakan suatu
reaksi terhadap ajaran Sofisme yang merajalela pada masa itu. Karena guru-guru
Sofis mengajarkan bahwa kebenaran yang sebenar-benarnya tidak tercapai. Oleh
sebab itu, tiap-tiap pendirian dapat “dibenarkan” dengan jalan retorika.
Apabila banyak orangnya yang sudah setuju, itu dianggap sudah benar. Itulah
penyebab awal berontaknya pemikiran socrates.
Karena
Socrates tidak menuliskan filosofinya, sulit sekali mengetahui dengan sahih
semua ajarannya. Ajarannya itu hanya dikenal dari catatan-catatan muridnya,
terutama Xenophon dan Plato. Catatan Xenophon kurang kebenarannya, karena ia senidiri
bukan seorang filosof. Untuk mengetahui ajaran Socrates orang banyak bersandar
pada Plato, tetapi kelemahannya adalah dalam tulisannya ia banyak menuangkan
pendapatnya sendiri ke dalam mulut Socrates. Ia berpikir, tetapi seolah-olah
Socrates yang berkata.
Diantara
murid-murid Socrates, ada tiga orang yang mengaku meneruskan pelajarannya, yaitu
Euklides, Antisthenes, dan Aristippos.
1. Euklides mengajarkan filsafatnya di kota
Megara.
2. Antisthenes, mulanya ia adalah murid
dari Gorgias, namun kemudian dia menjadi murid Socrates.
3. Aristippos mengajarkan filosofnya di
Kyrena.
B.
Plato dan Idealismenya
Plato di lahirkan di Athena pada tahun
427 SM dan meninggal di sana pada tahun 347 SM dalam usia 80 tahun. Sejak muda,
ia bercita-cita ingin menjadi pejabat negara. Akan tetapi, perkembangan politik
pada masanya tidak memberi kesempatan kepadanya untuk mengikuti jalan hidup
yang di inginkannya itu. Nama asalnya ialah Aristokles, guru senamnya kemudian
memberi nama Plato. Ia memperoleh nama baru itu karena bahunya yang lebar.
Sejak berumur 20 tahun, Plato mengikuti
pelajaran Socrates. Pelajaran itulah yang memberi kepuasan baginya. Pengaruh Socrates
semakin hari semakin mendalam. Ia menjadi murid Socrates yang setia, sampai
akhir hidupnya, Socrates tetap menjadi pujaannya.
Tak lama sesudah Socrates meninggal,
Plato pergi dari Athena. Itulah permulaan ia mengembara dua belas tahun
lamanya, dari tahun 399 SM-387 SM. Mula-mula, ia pergi ke Megara, tempat
Euklides mengajarkan filsafatnya. Dari Megara, ia pergi ke Kyrena untuk
memperdalam pengetahuannya tentang matematik pada seorang guru bernama
Theodoras. Disana, Plato juga mengajarkan filsafat dan mengarang
buku-buku. Kemudian ia pergi ke Italia
selatan dan terus ke Sirakusa di Pulau Sisilia, yang pada waktu itu di
perintahkan oleh seorang tiran, sang pemerkosa, yang bernama Dionysions.
Dionysions mengajak Plato tinggal di istananya. Di situ, Plato mengenal ipar
Raja Dionysios yang masih muda bernama Dion, yang akhirnya menjadi sahabat
karibnya. Diantara merka berdua terdapat kata sepakat, supaya Plato memengaruhi
Dionysios dengan ajaran filsafatnya, agar tercapai suatu perbaikan sosial. Ia
berpendapat bahwa kesengsaraan di dunia ini tidak akan berakhir, sebelum
filosof menjadi raja atau raja-raja menjadi filosof. Akan tetapi, ajaran Plato
yang di titik beratkan kepada pengertian moral dalam segala perbuatan, lambat laun
menjemukan Dionysions.
Perjuangan menghadapi tantangan yang
berat, filsafatnya justru semakin membosankan Dionysios. Yang lebih mengerikan,
filsafat Plato dituding sebagai ajaran yang membahayakan bagi kerajaan. Dengan
tuduhan berbahaya bagi kerjaannya, Plato di tangkap dan di jual sebagai budak.
Nasib baik bagi Plato, di pasar budak, ia di kenal oleh seorang bekas muridnya,
Annikeris, dan di tebusnya. Peristiwa ini di ketahui oleh sahabat-sahabat dan
pengikut-pengikut Plato di Athena. Mereka bersama-sama mengumpulkan uang
mengganti harga penebus yang di bayar oleh Annikeris. Akan tetapi ia menolak
penggantian itu dengan kata-kata, “Bukan tuan-tuan saja yang mempunyai hak
memelihara seorang Plato”. Akhirnya, uang yang terkumpul itu dipergunakan untuk
membeli sebidang tanah yang di serahkan kepada Plato untuk di jadikan
lingkungan sekolah tempat ia mengajarkan filsafatnya. Disitulah didirikan
rumah, sekolah pondok-pondok yang di sekitarnya di hiasi dengan kebun yang
indah. Tempat itu di berinama “Akademia”. Di situlah Plato, sejak berumur 40
tahun, pada tahun 387 SM sampai meninggalnya dalam usia 80 tahun, mengajarkan
filsafatnya dan mengarang tulisan-tulisan yang terkenal sepanjang masa.
Menurut pemikiran falsafahnya, dunia
lahir adalah dunia pengalaman yang selalu berubah-ubah dan berwarna warni.
Semua itu adalah bayangan dari dunia idea. Sebagai bayangan, hakikatnya
hanyalah tiruan dari yang asli, yaitu idea. Oleh karena itu, dunia pengalaman
ini berubah-ubah dan bermacam-macam yang ada di dunia ini semua ada contohnya yang
ideal di dunia idea. [Ahmad Syadali, 2004:70].
Keadaan idea bertingkat-tingkat. Tingkat
idea yang tertinggi adalah idea kebaikan, di bawahnya idea jiwa dunia, yang
menggerakan dunia. Berikutnya idea keindahan yang menimbulkan seni, ilmu,
pendidikan, politik [Ahmad Syadali, 2004:70].
Hal yang penting juga untuk di ketahui
dari filsafat Plato adalah pemikiran dia tentang negara. Menurutnya, penduduk
negara dapat di bagi menjadi tiga golongan, yaitu golongan teratas, tengah, dan
terbawah. Golongan teratas ialah golongan yang memerintah, terdiri dari para
filosof. Mereka bertugas membuat undang-undang dan bertugas mengawasi
pelaksanaan nya dan mereka memegang kekuatan tertinggi. Golongan ini harus
memiliki budi kebijaksanaan. Golongan menengah adalah para pengawal dan abdi
negara. Tugas meraka adalah mempertahankan negara dari serangan musuh dan
menegakkan berlakunya undang-undang supaya di patuhi semua rakyat. Golongan
ketiga adalah golongan terbawah atau rakyat pada umumnya. Mereka adalah
kelompok yang produktif dan harus pandai membawa diri, [Ahmad Syadali,
2004:72].
Tidak berbeda dengan Socrates, Plato
mengajar murid-muridnya dengan metode diskusi atau dialog dan tanya jawab.
Sambil berjalan-jalan di kebun, ia menerangkan panjang lebar ajaran
filsafatnya, hingga akhirnya terbentuk dinamika pemikiran di kalangan muridnya.
Dalam berbagai kesempatan, seluruh corak berfikirnya dan gagasan filosofnya, ia
bubuhkan dalam tulisan yang menjadi karyanya yang luar biasa. Mohammat Hatta
mengatakan bahwa metode mengajar yang dilakukan oleh Plato termasuk metode
mengajar yang modern, karena semua murid di beri kesempatan untuk mengemukakan
pendapatnya. Guru tidak bersifat otoriter atau menyuapi murid, sedangkan murid
hanya mendengar tanpa pernah ada waktu untuk menanyakan soal-soal yang menurut
mereka belum dapat di pahami.
Tatkala seorang muridnya merayakan
perkawinan. Plato yang sudah berumur 80 tahun datang juga pada malam perjamuan
itu ia turut riang dan gembira. Setelah agak larut malam, ia mengundurkan diri
kepada suatu sudut yang sepi dalam rumah itu. Di sana, ia tertidur dan tidur
untuk selama-lamanya dengan tiada bangkit lagi. Esok harinya seluruh Athena
mengantarkannya ke kubur. Plato tidak pernah kawin dan tidak punya anak.
Kemenakannya speusippos menggantikannya mengurus Akademia. [Ahmad Syadali,
2004:87-91]
C.
Aristoteles
Aristoteles
lahir di Stageira pada Semenanjung Kalkidike di Tarsia (Barkan) pada tahun 384
SM dan meninggal di Kalkis pada tahun 322 SM dalam usia 63 tahun. Ayahnya yang
bernama Mashaon adalah seorang dokter istana pada raja Macedonia Amyntas II.
Dari kecil, Aristoteles mendapat asuhan dari ayahnya sendiri. Ia mendapatkan
pelajaran dalam hal teknik membedah. Oleh karena itu, perhatiannya banyak
tertumpah pada ilmu-ilmu alam, terutama ilmu biologi. Tak lama ayahnya
meninggal, ia pergi ke Athena dan belajar pada Plato di Akademia. Selain
memperdalam filsafat kepada Plato, Aristoteles memperluas pengetahuannya dalam
berbagai jurusan di luar Akademia. Pelajaran Matematik yang diperolehnya di
akademia, diperdalamnya pada guru-guru astronomi terkenal, yaitu Eudoxos dan
Kalippos. Aristoteles lalu mendirikan sekolah yang bernama Lyceum. Sekolah itu banyak menghasilkan penelitian yang tidak hanya
dapat menjelaskan prinsip-prinsip sains, tetapi juga politik, retorika, dan
sebagainya.
Sebenarnya,
ia banyak menghasilkan karya hasil penelitian dan pemikiran filosofisnya.
Namun, karyanya banyak yang hilang. Karya luar biasa Aristoteles adalah
filsafat etika, negara, logika, metafisika, dan lain-lainya. Di dalam dunia
filsafat, Aristoteles dinobatkan sebagai bapak logika. Karya-karya Aristoteles
ada 36 buah, terbagi menjadi empat bagian, yaitu: logika, fisika, metafisika,
dan etika.
Buku-Buku Logika
Buku-buku
logika yang diterjemakan iailah:
1.
Categoriae (Al-Maqulat), berisi 10 macam predikat (keterangan).
2.
Interpretatione
(tafsiran-tafsiran), berisi keterangan tentang bahasa, yaitu tentang proporsi
dan bagian-bagiannya.
3.
Analitytica Priora
(uraian pertama) yang membicarakan qiyas
diterjemahkan oleh Ibnu Al-Muqaffa, kemudian dijelaskan oleh Al-Kindi, Abu
Bisyr, Mattius, Al-Farabi, dan Al-Jurjani.
4.
Analytica Posteriora
(uraian kedua) yang membicarakan cara pembuktian ilmiah.
5.
Topica, yang berisi qiyas dialektika dan pemikiran mengenai
hal-hal yang belum pasti.
6.
Sophistis, yang berisi
kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh orang-orang sofis, penolakan
terhadap mereka dan pemecahannya.
Keenam buku di atas di kalangan Yunani,
terkenal dengan nama organaon, yang
berarti alat, karena buku ini merupakan alat yang diperlukan dalam pembahasan
dan dipakai untuk setiap ilmu.
Buku-buku
Fisika
1.
De Caelo (langit) yang diterjemahkan
oleh Ibnu Petrik, kemudian diberi ulasan oleh Al-Farabi.
2.
Animalium (hewan) yang
diterjemahkan oleh Nicholas Damascus, seperti yang diriwayatkan oleh ibnu Abi’
Zar’ah.
3.
Anima (jiwa) yang
diterjemahkan oleh Ishak bin Hunein, Ibnu Sina, Qusta bin Luzas, dan Imam
Ar-Razi didasarkan atas pikiran-pikiran Aristoteles dan Plato.
Buku
Etika
1.
Al-Akhlak
karangan Al-Farabi, sebagai ulasan terhadap buku Aristoteles.
2.
Al-Akhlak
karangan Ibnu Maskawaih.
3.
Akhlakus-Syackh
Ar-Rais dari Ibnu Sina.
Buku
Metafisika
1.
Isinya
yang sampai kepada kaum Muslimin ada sebelas karangan, sedangkan teks aslinya
dalam bahwa Yunani berisi 14 karangan.
2.
Buku
tentang ilmu ketuhanan dan catatan atas buku huruf (buku metafisika dari
Aristoteles), keduanya juga karangan Al-Farabi.
Aristoteles memang filosof luar biasa. Didikan yang
diperolehnya pada waktu kecil, ketika ia mempelajari teknik pembedahan dalam
dunia kedokteran dari ayahnya, mempengaruhi pandangan ilmiah dan pandangan
filosofinya. Plato mempelajari keberdaan yang ada sebagai suatu keseluruhan,
dan yang dipelajarinya ialah dunia yang tidak kelihatan yakni duina idea.
Aristoteles membagi adanya itu dalam berbagi lingkungan seperti fisika,
biologi, etika, politik, dan psikologi.
Aristoteles membagi logika dalam tiga bagian, yaitu
mempertimbangkan, menarik kesimpulan, dan membuktikan atau menerangkan. Pengertian
tentang yang adanya itu dibagi dalam 10 macam, yang disebutnya kategori. Kategori
yang 10 itu ialah:
1.
Substansi
(barang), misalnya manusia, kuda.
2.
Kuantita
(jumlah), misalnya dua atau tiga atau panjang.
3.
Kualita
(sifat), misalnya putih, beradab.
4.
Relasi
(hubungan), misalnya dua kali, setengah, lebih besar.
5.
Tempat,
misalnya di pasar, dalam kulkas.
6.
Waktu
misalnya kemarin, tahun yang lalu.
7.
Sikap,
misalnya tidur, duduk.
8.
Keadaan,
misalnya bersepatu, bersenjata.
9.
Kerja
(aktif), misanya memotong, membakar.
10. Menderita (pasif), misalnya dipotong,
dibakar.
Dari
semua ini, substansilah yang menjadi pokok. Yang lain merupakan penyebut atau
penentu. Menurut Aristoteles, suatu pertimbangan benar, apabila isi
pertimbangan itu sepadan dengan keadaan yang nyata, atau pada pertimbangan yang
negatif, apabila pemisahan pada isi pernyataan
sama dengan pemisahan pada keadaann yang nyata
Selain logika yang
mencerminkan dunia fisika atau dunia fisika atau dunia nyata, Aristoteles
mengembangkan filsafatnya tentang metafisika. Metafisika Aristoteles berpusat
pada persoalan “barang” dan “bentuk”. Sesuatu yang terjadi adalah yang
terbentuk. Aristoteles menjelaskan bahwa yang terlaksana adalam kejadian adalah
dari sebab yang menggerakkan. Sebab yang menggerakkan itu ialah Tuhan. Segala
perubahan itu disebabkan oleh empat yang pokok. Pertama, benda yang memungkinkan terjadi sesuatu atasnya dan
dengannya. Kedua, bentuk yang
terlaksana di dalam barang. Ketiga,
sebab yang datang dari luar. Keempat,
tujuan, yang dituju oleh perubahan dan gerak tadi. Ini sebab-tujuan. Contohnya
sebuah rumah, maka di dalam substansi rumah terdapat prinsip yang empat itu,
yakni benda ialah kayu, batu, besi dan bahan lainnya. Bentuk adalah pengertian
rumah. Sebab-gerak ialah tukang pembuat rumah. Tujuan ialah rumah yang sudah
terbentuk.
Menurut
Aristoteles, manusia harus mengambil jalan tengah ketika terdapat masalah
tentang etika yang perlu dijalankan. Ada tiga hal yang perlu dipenuhi untuk
mencapai kebahagiaan hidup.
1.
Manusia harus memiliki harta secukupnya, supaya
hidupnya terpelihara.
2.
Alat yang terbaik untuk mencapai kebahagiaan ialah
persahabatan.
3.
Keadilan.
Daftar Pustaka
Atang
Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebeni, 2008, Filsafat
Umum, Pustaka Setia, Bandung.