BAB I
PENDAHULUAN
PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN MANFAAT MEMPELAJARI FILSAFAT
A.    Pengertian Filsafat
Istilah filsafat dapat ditinjau dari dua segi yakni:
a.         Segi semantik: perkataan filsafat berasal dari kata Arab: falsafah yang berasal dari bahasa Yunani , philo Sophia  pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta pada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut philosopher, dalam bahasa Arabnya failasuf. Pecinta pengetahuan ialah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan hidupnya, atau dengan kata lain, mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.
b.      Segi Praktis: dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti alam pikiran atau alam berfikir. Berfilsafat artinya berpikir. Namun, tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat adalah berfikir secara mendalam dan sungguh_sungguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa: setiap manusia adalah filosuf. Semboyan ini benar juga, sebab sema manusia berpikir. Akan tetapi, secara umum semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah filosuf.
Filosuf hanyalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh_sungguh dan mendalam.
                                          
Tegasnya: filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam_dalamnya. Dengan kata lain: filsafat dalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh_sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.
Orang yang pertama_tama menggunakan istilah filsafat adalah Pythagoras (572- 497 SM). Ketika itu ia ditanya oleh leon tentang pekerjaannya, ia menjawab sebagai philosophis artinya pencinta kearifan atau kebijaksanaan.
Ada beberapa cirri bagi filsafat yaitu:
a.       Persoalan filsafat bercorak sangat umum,
b.      Persoalan filsafat tidak bersifat empiris,
c.       Menyangkut masalah-masalah asasi
Filsafat sebagai ilmu
            Dikatakan filsafat sebagai ilmu karena di dalam pengertian filsafat mengandung empat pertanyaan ilmiah, yaitu: bagaimanakah, mengapakah, kemanakah, dan apakah.
Pertanyaan bagaimanakah menanyakan sifat_sifat yang dapat ditangkap atau yang tampak oleh indra. Jawaban atau pengetahuan yang diperolehnya bersifat deskriptif (penggambaran).
Pertanyaan mengapa menanyakan tentang sebab (asal mula) satu obyek. Jawaban atau pengetahuan yang diperolehnya bersifat kausalitas (sebab akibat).
Pertanyaan kemana menanyakan tentang apa yang terjadi di masa lampau, masa sekarang, dan masa akan datang. Jawaban yang di peroleh ada tiga jenis pengetahuan, yaitu: pertama, pengetahuan yang timbul dari hal_hal yang selalu berulang_ulang (kebiasaan), yang nantinya pengetahuan tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman. Ini dapat dijadikan dasar untuk mengetahui apa yang akan terjadi. Kedua, pengetahuan yang timbul dari pedoman yang terkandung dalam adat istiadat/kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Pedoman yang selalu dipakai di sebut Hukum. Ketiga, pengeahuan yang timbul dari pedoman yang dipakai (hokum) sebagai suatu hal yang dijadikan pegangan. Tegasnya, pengetahuan yang diperoleh dari jawaban kemanakah adalah pengetahuan yang bersifat normatif.
Pertanyan apakah yang menanyakan tentang hakikat atau inti mutlak dari suatu hal. Hakikat ini sifatnya sangat dalam (radix) dan tidak lagi bersifat empiris, sehinga hanya dapat dimengerti oleh akal. Jawaban atau pengetahuan yang diperolehnya ini kita akan dapat mengetahui hal_hal yang sifatnya sangat umum, universal, abstrak.
Dengan demikian, kalau ilmu_ilmu yang lain (selain filsafat) bergerak dari tidak tahu kepada tahu, sedangkan ilmu filsafat begerak dari tidak tahu kepada tahu selanjutnya kepada hakikat.
Untuk mencari/memperoleh pengetahuan hakikat, haruslah dilakukan dengan abstraksi, yaitu suatu perbuatan akal untuk menghilangkan keadaan, sifat_sifat yang secara kebetulan (sifat_sifat yang tidah harus ada/aksidensia), sehingga akhirnya tinggal keadaan/sifat yang harus ada (mutlak) yaitu substansia, maka pengetahuan hakikat dapat diperolehnya.
Filsafat sebagai cara berfikir
Bepikir secara filsafat dapat diartikan sebagai berpikir yang sangat mendalam sampai kepada hakikat, atau berpikir secara global (menyeluruh), atau berpikir yang dilihat dari berbagai sudut pandangpemikiran atau sudut pandang ilmu pengetahuan. Berpikir yang demikian ini sebagai upaya untuk dapat berpikir secara tepat dan benar serta dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini harus memenuhi persyaratan:
a.       Harus sistematis
Pemikiran yang sistematis ini dimaksudkan untuk menyusun suatu pola pengetahuan yang rasional. Sistematis adalah masing_masing unsure saling berkaitan satu dengan yang lain secara teratur dalam suatu keseluruhan. Sistematika pemikiran seorang filosuf banyak dipengaruhi pleh keadaan dirinya, lingkungan, zamannya, pendidikan, dan sisitem pemikiran yang mempengaruhi.
b.      Harus konsepsional
Secara umum istilah konsepsional berkaitan dengan ide (gambar) atau gambaran yang melekat pada akal pikiran yang berada dalam intelektual. Maksud dari konsepsional tersebut sebagai upaya untuk menyusun suatu bagan yang terkonsepsi (jelas).
c.       Harus koheren
Koheren atau runtut adalah unsur_unsurnya tidak boleh mengandung uraian_uraian yang bertentangan satu sama lain. Koheren atau runtut didalam nya memuat suatu kebenaran logis. Sebaliknya, apabila suatu uraian yang di dalamnya tidak memuat kebenaran logis, maka uraian tersebut dikatakan sebagai uraian yang tidak koheren (runtut).
d.      Harus rasional
Yang dimaksud rasional adalah unsure_unsurnya berhubungan secara logis.
Dalam studi filsafat untuk memahaminya secara baik paling tidak kita harus mempelajari lima bidang pokok, yaitu: Metafisika, Epistemologi, Etika, dan Sejarah filsafat.
a.      Metafisika
Metafisika merupakan cabang filsafat yang memuat suatu bagian dari persoalan filsafat yang:
-          Membicarakan tentang prinsip_prinsip yang paling universal.
-          Membicarakan sesuatu yang bersifat keluarbiasaan (beyond nature)
-          Membicarakan karakteristik hal_hal yang sangat mendasa, yang berada di luar pengalaman manusia (immediate experience).
-          Berupaya menyajikan suatu pandangan yang komprehensif tentang segala sesuatu.
-          Membicarakan persoalan_persoalan seperti: hubungan akal dengan benda, hakikat perubahan, pengertian tentang kemerdekaan, wujud Tuhan, kehidupan setelah mati dan lainnya.
b.      Epistemologi
Epistemologi lazimnya disebut teori pengetahuan yang secara umum membicarakan mengenai sumber_sumber, karakteristik, dan kebenaran pengetahuan. Persoalan epistemologi (teori pengetahuan) berkaitan erat dengan persoalan metafisika. Bedanya, persoalan efistemologi berpusat pada apakah yang ada? Yang di dalam nya memuat:
-          Problem asal pengetahuan (orgin)
Apakah sumber_sumber pengetahuan?
Dari mana pengetahuan yang benar, dan bagaimana kita dapat mengetahuai?
-          Problem penampilan (appearance)
Apakah yang menjadi karakteristik pengetahuan?
Adakah dunia rill diluar akal, apabila ada apakah diketahui?
-          Problem mencoba kebenaran (verification)
Bagaimanakah membedakan antara kebenaran dan kekeliruan?
c.       Logika
Logika adalah bidang pengetahuan yang mempelajari segenap asas, aturan, dan tata cara penalaran yang betul (correct reasoning).
Pada mulanya logika sebagai pengetahuan rasional (episteme). Oleh aristoteles logika disebutnya sebagai analitika, yang kemudian dikembangkan oleh para ahli abad tengah yang disebut tradisional.
Mulai akhir abad ke-19, oleh George Boole logika tradisional dikembangkan menjadi logika modern. Logika modern saat ini berkembang menjadi logika perlambang, logika kewajiban, logika ganda-nilai, logika intisionistik, dan berbagai system logika tak baku.
d.      Etika
Etika atau filsafat prilaku sebagai satu cabang filsafat yang membicarakan tindakan manusia, dengan penekanan yang baik dan yang buruk. Terdapat dua hal permasalahan, yaitu yang menyangkut tindakan maka etika disebut filsafat praktis; sedangkan jatuh pada baik-buruk maka etika disebut filsafat normatif.
Etika berbeda dengan agama yang di dalam nya juga memuat dan memberikan norma baik-buruk dalam tindakan manusia. Karena, etika mengandalkan pada rasio semata yang lepas dari sumber wahyu agama yang dijadikan sumber norma ilahi, dan etika lebih cenderung bersifat analitis dari pada praktis. Sehingga etika adalah ilmu yang bekerja secara rasional.
Sementara dari kalangan non-filsafat, etika sering digunakan sebagai pola bertindak praktis (etika profesi), misalnya bagaimana menjalankan bisnis yang bermoral (dalam etika bisnis).
e.       Sejarah filsafat
Sejarah filsafat adalah laporan suatu peristiwa yang berkaitan dengan pemikiran filsafat. Biasanya sejarah filsafat ini memuat berbagai pemikiran kefilsafatan (yang beraneka ragam) mulai dari zaman pra-yunani hingga zaman modern.
Dengan mengetahui pemikiran filsafat para ahli piker (filosuf) ini akan di dapat berbagai ragam pemikiran dari dahulu hingga sekarang. Di dalam sejarah filsafat akan diketahui pemikiran_pemikiran yang genius hingga pemikir tersebut dapat mengubah dunia, yaitu dengan ide_ide atau gagasan_gagasannya yang cemerlang.
  
B.     Manfaat Mempelajari Filsafat
Menurut Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha untuk memahami alam semesta, maknanya dan nilainya. Apabila tujuan ilmu adalah control, dan tujuan seni adalah reativitas, kesempurnaan, bentuk keindahan komunikasi dan ekspresi, maka tujuan filsafat adalah pengertian dan kebijaksaan (understanding and wisdom).
Dr. Oemar A. Hosein mengatakan: ilmu member kepada kita pengetahuan, dan filsafat memberikan hikmah. Filsafat memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran.
S. Takdir Alisyahbana menulis dalam bukunya: pembimbing ke Filsafat Metafisika, filsafat itu dapat memberikan ketenangan pikiran_pikiran dan kemantapan hati, sekalipun menghadapi maut. Dalam tujuan yang tunggal (yaitu kebenarian) itulah letaknya kebesaran, kemuliaan, malahan kebangsawanan filsafat di antara kerja manusia yang lain.
Bagi manusia, berfilsafat itu berarti mengatur hidupnya seinsaf_insafnya, senetral_netralnya dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab terhadap dasar hidup yang sedalam _dalamnya, baik Tuhan, alam, atau pun kebenaran.
Radhakrishnan dalam bukunya, History op Philosophy menyebutkan: Tugas filsafat bukan lah skedar mencerminkan semangat masa ketika kita hidupi, melainkan membimningnya maju.
Fungsi filsafat adalah kreatif, menerapkan nilai, menerapkan tujuan, menentukan rah dan menuntun pada jalan baru. Filsafat hendaknya mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk menopang dunia baru, mencetak manusia_manusia yang menjadikan penggolongan_penggolongan berdasarkan nation, ras, dan keyakinan keagamaan mengabdi kepada cita mulia kemanusiaan. Filsafat tidak ada artinya sama sekali apabila tidak universal, baik dalam ruang linkupnya maupun dalam semangatnya.
Filsafat dapat mendukung keagamaan seseorang, asal saja kepercayaan tersebut tidak bergantung kepada konsepsi, yang pra-ilmiah, yang using, yang sempit, dan yang dogmatis. Urusan ( concerns) utama agama adalah harmoni, pengaturan, ikatan, pengabdian, perdamaian, kejujuran, pembebasan, dan tuhan.
Berbeda dengan pendapat Soemadi Soerjabrata, yaitu mempelajari filsafat adalah untuk mempertajamkan pikiran maka H. De Vos berpendapat bahwa filsafat tidak hanya cukup di ketahui, tetapi harus di praktekkan dalam kehidupan sehari_hari.
Dari uraian diatas dapat di simpulkan bahwa tujuan filsafat adalah mencari hakikat kebenaran sesuau, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku), maupun metafisika (hakikat keaslian).
Manfaat mempelajari filsafat bermacam_macam. Namun sekurang_kurangnya ada empat macam faedah yaitu:
1.      Agar terlatih berpikir serius.
2.      Agar mampu memahami filsafat.
3.      Agar mungkin menjadi filsafat.
4.      Agar menjadi warga Negara yang baik.
Berfilasafat ialah berusaha menemukan kebenaran tentang segala sesuatu dengan menggunakan pemikiran secara serius. Kemampuan berpikir serius di perlukan oleh orang biasa, penting bagi orang_orang, penting yang memegang posisi, penting dalam pembangunan dunia.
Belajar berfilasafat merupakan salah satu bentuk latihan untuk memperoleh kemampuan berpikir serius. Kemampuan ini akan memberikan kemampuan memecahkan masalah sebab terakhir satu penampakan.
Dunia dibentuk oleh dua kekuatan: agama dan atau filsafat. Filsafat itu sendiri adalah bagian penting atau inti kebudayaan.
Dengan uraian diatas jelaslah bagi kita bahwa secara kongkrit manfaat mempelajari filsafat adalah:
1)      Filsafat menolong mendidik, membangun diri kita sendiri: dengan berfikir lebih mendalam, kita mengalami dan menyadari kerohanian kita. Rahasia hidup yang kita selidikijustru memaksa kita berpikir, untuk hidup dengan sesadar_sadarnya, dan memberikan isi kepada hidup kita sendiri.
2)      Filsafat memberikan kebiasaan dan kepandaain untuk melihat dan memecahkan persoalan_persoalan dalam hidup sehari_hari. Orang yang hidup secara dangkal saja, tidak mudah melihat persoalan_persoalan, apalagi melihat pemecahannya. Dalam filsafat kita dilatih melihat dulu apa yang menjadi persoalan, dan ini merupakan syarat mutlak untuk memecahkan nya.
3)      Filsafat memberikan pandangan yang luas, membendung akuisme, dan aku-sentrisme (dalam segala hal hanya melihat dan mementingkan kepentingan dan kesenangan si aku).
4)      Filsafat merupakan latihan untuk berpikir sendiri, hingga tak hanya ikut_ikutan saja, membuntut pada pandangan umum, percaya akan setiap semboyan dalam surat_surat kabar, tetapi secara kritis menyelidiki apa yang di kemukakan orang, mempunyai pendapat sendiri, berdiri sendiri, dengan cita_cita mencari kebenaran.
5)      Filsafat memberikan dasar_dasar, baik untuk hidup kita sendiri (terutama dalam etika) maupun untuk ilmu_ilmu pengetahuan dan lain nya, seperti sosiologi, ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya
BAB II
PEMBAHASAN
ILMU, FILSAFAT DAN AGAMA
A.    Filsafat Induk dan Ilmu Pengetahuan
Filsafat dan ilmu pengetahuan
Hubungan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan oleh Louis Kattsoff dikatakan: bahasa yang dipakai dalam filsafat dan ilmu pengetahuan dalam beberapa hal saling melengkapi. Hanya saja bahsa yang dipakai dalam filsafat mencoba untuk berbicara mengenai ilmu pengetahuan, dan bukan nya di dalam ilmu pengetahuan.
Pada bagian lain di katakana: Filsafat dalam usahanya mencari jawaban atas pertanyaan_pertanyan pokok yang kita ajukan harus memperhatikan hasil_hasil ilmu pengetahuan.  Ilmu pengetahuan dalam usahanyamenemukan rahasia alam kodrat haruslah mengetahui anggapan kefilsafatan mengenai am kodrat tersebut. Filsafat mempersoalkan istilah_istilah tersebut dari ilmu pengetahuan dengan suatu cara yang berada di luar tujuan dan metode ilmu pengetahuan.
Dalam hubungan ini Harold H. Titus menerangkan: ilmu pengetahuan mengisi filsafat dengan sejumlah besar materi yang actual dan deskriptif, yang juga filosuf. Para filosuf terlatih di dalam metode ilmiah, dan sering pula menuntut minat khusus dalam beberapa ilmu sebagai berikut:
1)      Historis, mula_mula filsafat identik dengan ilmu pengetahuan, sebagaimana juga filosuf  identik  dengan ilmua.
2)      Objek material ilmu adalah alam dan manusia. Sedangkan objek material filsafat adalah alam, manusia dan ketuhanan.
Bedanya Filsafat dengan Ilmu_ilmu Lain
1)      Filsafat menyelidiki, membaca serta memikirkan seluruh alam kenyataan, dan menyelidiki bagaimana hubungan kenyataan satu sama yang lain. Sedangkan ilmu_ilmu lain atau ilmu yang menyelidiki hanya sebagian saja dari alam maujud ini, misalnya ilmu hayat membicarakan tentang hewan, tumbuh_tumbuhan dan manusian; ilmu bumi membicarakan tentang kota, sungai, hasil bumi, dan sebagai nya.
2)      Filsafat tidak saja menyelidiki tentang sebab akibat, tetapi menyelidiki tentang hakikatnya sekaligus. Sedangkan ilmu tak membahas tentang sebab akibat suatu peristiwa.
3)      Dalam pembahasannya filsafat menjawab apa ia sebenarnya, dari mana asalnya, dan hendak kemana perginya. Sedangkan ilmu vak harus menjawab bagaimana dan apa sebabnya.
Sebagian orang mengangap bahwa filsaat merupakan ibu dari ilmu_ilmu vak. Alasannya ialah bahwa ilmu vak sering menghadapi kesulitan dalam menentukan batas_batas lingkungan nya masing_masing. Misalnya batas antara ilmu alam dengan ilmu hayat, antara sosiologi dengan antropologi.
Jelasnya:
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu, dengan mencari sebab_sebab yang terdalam, berdasarkan kekuatan pikiran manusia sendiri.
Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan mengenai suatu hal tertentu (objek atau lapangannya), yang merupakan kesatuan yang sistematis, dan memberikan penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan dengan menujukkan sebab_sebab hal itu.
Ilmu_ilmu pengetahuan dirinci menurut lapangan atau objek dan sudut pandangan. Objek dan sudut pandangan filsafat disebut juga dalam definisinya, yaitu segala sesuatu.
Lapangan filsafat sangat jelas; meliputi segala apa yang ada.
Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa pada mulanya cakupan filsafat luas sekali meliputi ilmu yang ada pada zaman nya, seperti politik ekonomi, hokum, seni dan lain sebagainya. Namun lambat laun dengan adanya usaha_usaha yang intensif yang banyak bersifat empiris dan eksperimental, maka terciptalah satu demi satu disiplin ilmu yang khusus memecahkan satu bidang masalah. Oleh sebab itulah sering disebut bahwa filsafat merupakan induk atau ibu dari ilmu_ilmu lain.
B.     Hubungan Antara Ilmu, Filsafatdan Agama\
Posisi Filsafat terhadap Agama dan Ilmu Pengetahuan
Satu aktivitas yang erat sekali hubungan nya dengan jiwa dan pikiran yang bebas dalam memahami alam dan dunia yang ada di sekeliling kita. Itulah sebabnya maka filsafat mempunyai kerja sama yang baik dengan agama di satu pihak dan ilmu pengetahuan dipihak lain. Bahkan banyak penulis condong untuk mengatakan bahwa agama adalah juga filsafat, filsafat dari kebanyakan orang, sedang ilmu pengetahuan ialah filsafat khusus bagi para ahli dan sarjana.
Semua pengetahuan yang telah nyata dan pasti di sebutkan ilmu pengetahuan (science). Semua pasti termasuk dalam agama.
Perbedaan antara Ilmu, Filsafat dan Agama
Ilmu, atau lengkapnya disebut ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan mengenai sesuatu kenyataan yang tersusun sistematis, dari usaha manusia yang dilakukan dengan penyelidikan, pengalaman, dan percbaan_percobaan. Disini yang menjadi sumbernya dalah hasil penyelidikan dengan pengalaman (empiri) dan percobaan (eksperimen), yang kemudian di olah dengan pikiran.
Nilai kebenran nya adalah positif sepanjang positifnya peralatanyang di guanakan dalam penyelidikan nya, yaitu indera, pengalaman, dan percobaan nya. Maka ilmu pengetahuan selalu siap untuk diuji lagi kebenaran nya.
Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang non empiric dan non eksperimental, diperoleh manusia melalui usahanya dengan pikiran nya yang mendalam. Mengenai objek materialnya tidak berbeda dengan ilmu pengetahuan, yakni mengenai apa saja. Adapun yang berbeda adalah mengenai objek formalnya.objek formal filsafat ialah mengenai sesuatu yang menyangkut sifat dasar, arti, nilai, dan hakikat dari sesuatu.
Agama adalah kebenaran yang bersumber dari wahyu Tuhan mengenai berbagai hal kehdupan manusia dan lingkungan nya. Jadi kebenaran agama bukan merupakan hasil usaha manusia. Manusia inggal menerima begitu saja sebagai paket Tuhan. Nilai kebenaran nya adalah mutlak.
Hubungan antara Ilmu, Filsafat dan Agama
Ilmu, filsafat dan agama mempunyai hubungan yang terkait dan reflektif dengan manusia. Dikatakan terkait karena ketiganya tidak dapat bergerak dan berkembang apabila tidak ada tiga alat dan tenaga utama yang berada dalam diri manusia. Tiga alat dan tenaga manusia adalah akal piker, rasa dan keyakinan. Sehingga dengan tiga hal tersebut manusia dapat mencapai kebahagiaan bagi dirinya.
  
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Filsafat dan agama mempunyai hubungan  yang terkait dan reflesif dengan manusia, artinya keduanya tidak ada alat penggerak dan tenaga utama di dalam diri manusia.
Yang dikatakan alat dan penggerak tenaga utama pada diri manusia adalah akal, pikiran, rasa, dan keyakinan.
Dengan alat ini manusia akan mencapai kebahagiaan bagi dirinya. Agama dapat menjadi petunjuk, pegangan serta pedoman hidup bagi manusia dalam hidupnya dengan harapan penuh keamanan, kedamaian dan kesejahtraan.
Manakala maunusia menghadapi masalah yang rumit dan berat, maka timbullah kesadaran nya, bahwa manusia merupakan makhluk yang tidak berdaya untuk mengatasinya dan timbulnya kepercayaan dan keyakinan.